cinta rasul

DOKTRIN TENTANG RASUL
MATA KULIAH: HADIS AKIDAH
DOSEN PENGAMPU: DRS. MUHAMMAD YUSUF, M.SI.

OLEH:
SITI TASRIFAH (12531156)
NOR ISTIQOMAH (12531161)
Kelas THA
Jurusan Tafsir Hadist
Fakultas Ushuluddin, Studi Agama, dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
2013

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Agama Islam merupakan agama yang dibawa oleh nabi Muhammad SAW. Agama Islam tersebut berintikan ajaran-ajaran yang dikenal dengan rukun iman. Selain itu, agama ini juga mengandung eksistensi samawi bahwa yang patut disembah hanya tuhan yang satu, Allah SWT.
Inti ajaran Islam terkotak-kotak menjadi beberapa permasalahan mulai dari berbagai persepsi tentang Allah dan eksistensinya dalam aplikasi manusia, hingga eksistensi ciptaannya baik yang berwujud nyata maupun yang masih abstrak di pikiran manusia itu sendiri.
Begitu pula dengan persepsi tentang kerasulan. Berbagai persepsi mulai muncul ke permukaan. Persepsi ini muncul ditandai dengan adanya doktrin tentang rasul serta berbagai rumor-rumor lainnya yang dengan mudah mempengaruhi nilai-nilai ajaran agama Islam.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penjelasan di atas adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana deskripsi tentang ridha terhadap Allah?
2. Bagaimana deskripsi doktrin tentang cinta kepada Rasulullah?
3. Bagaimana deskripsi tentang syafa’at Rasulullah?

C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui bagaimana deskripsi tentang ridha terhadap Allah.
2. Mengetahui bagaimana deskripsi doktrin tentang cinta kepada Rasulullah.
3. Mengetahui bagaimana deskripsi tentang syafa’at Rasulullah.

Bab II
DESKRIPSI
1. Ridha terhadap Allah
Ridha menurut bahasa adalah menerima kenyataan dengan suka hati. Adapun menurut istilah adalah menerima segala pemberian Allah dan menerima hukum Allah, yakni syariat wajib dilaksanakan dengan ikhlas dan taat serta menjauhi kejahatan maksiat dan menerima terhadap berbagai macam cobaan yang datang dari Allah dan yang ditentukannya (KH. Ahmad Rifa’i).
Dari ungkapan di atas dapat dipahami bahwa ridha berarti menerima dengan tulus segala pemberian Allah, hukum-Nya (syari’at Islam), berbagai macam cobaan yang ditakdirkan-Nya, serta melaksanakan semua perintah dan meninggalkan semua larangan-Nya dengan penuh ketaatan dan keikhlasan, baik secara lahir maupun batin.
Seorang mukmin harus ridha terhadap segala sesuatu yang ditakdirkan Allah kepada hamba-Nya karena segala sesuatu tersebut merupakan pilihan yang paling utama yang diberikan Allah pada hamba-Nya. Sehingga tanda-tanda orang mukmin yang sah imannya diantaranya adalah orang mukmin yang ridha dalam menerima segala hukum Allah, perintah, larangan, dan janji-Nya. Hal ini sejalan dengan hadis qudsi yang diriwayatkan oleh at-Tabrani dan Ibnu Hibban dari Anas:
“Barang siapa tidak ridha terhadap ketentuan –ketentuan-Ku, tidak mensyukuri nikmat-nikmat-Ku, maka keluarlah dari bawah langit-Ku dan carilah Tuhan selain Aku”.
2. Cinta kepada Rasulullah
Hadis pendukung:
حديث أَنَس قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ والِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعينَ. أخرجه البخاري في: 2 كتاب الإيمان: 8. باب حب الرسول صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ من الإيمان.
حديث أَنَسٍ عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ثَلاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلاوَةَ الإِيمانِ، أَنْ يَكُونَ اللهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمّا سِواهُما، وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لا يُحِبُّهُ إِلاّ للهِ، وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ في الْكُفْرِ كَما يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ في النَّارِ .أخرجه البخاري في: 2 كتاب الإيمان: 9 باب حلاوة الإيمان.

Seorang sastrawan Lebanon yang terkenal dengan kata-kata mutiaranya yaitu Kahlil Gibran memberikan devinisi dari cinta yaitu: keindahan sejati yang terletak pada keserasian spiritual. Cinta adalah satu-satunya kebebasan di dunia ini karena ia begitu tinggi mengangkat jiwa, dimana hukum-hukum kemanusiaan dan kenyataan alam tidak mampu menemukan jejaknya. Berbicara masalah hakikat cinta maka dia masuk dalam ruang lingkup sesuatu yang enak dan memang menyenangkan menurut akal. Singkatnya, setiap perkara atau sesuatu yang enak tentu akan disukai orang yang merasakan kelezatannya. Oleh karena itu cinta di pandang relatif dan timbul dari hati seseorang yang dalam, dia tidak bisa direkayasa.
Hakikat cinta dalam Islam adalah bahwa cinta tertinggi kita hanya kepada Allah SWT yang maha segala-galanya, serta kepada Rasul-Nya. Mencintai Rasul berarti senantiasa mengikuti apa yang telah diperintahkan dan apa yang telah dilarang karena apa yang telah dilakukan beliau merupakan wahyu Allah. Hadits dari Said al-Khudri, Rasulullah bersabda:
“ Barangsiapa membaca ‘saya bangga Allah Tuhanku,islam agamaku dan Muhammad nabiku maka ia akan dimasukkan kedalam surga.”( HR. Ibnu Daud )
Mencintai Rasulullah merupakan sebuah perintah karena dengan mencintai beliau maka hati kita akan terpaut dengan kepribadian Beliau, kita akan mencari tahu tentang bagaimana kehidupan Beliau, bagaimana akhlak Beliau dan lain sebagainya sehingga kita akan lebih mudah meniru jejak langkah Beliau. Banyak manfaat tatkala kita sudah menumbuhkan rasa cinta mendalam kepada Rasulullah SAW, diantaranya kelak kita akan mendapatkan syafaat Beliau biidznillah.
Pada satu sisi, membaca shalawat merupakan bentuk dari cinta kepada Rasulullah SAW karena Allah telah memerintahkan kita agar selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW atas kesucian dan kemulian Beliau. Bentuk lain mencintai Rasulullah SAW adalah dengan melakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Mencintai keluarga Nabi SAW.
b. Mencintai sunnah-sunnah Nabi SAW.
c. Mencintai al-Quran.
Aplikasi lain mencintai Rasulullah SAW adalah dengan mencontoh sikap dan teladan hasanah beliau seperti bersikap jujur, amanah, toleransi, rendah hati maupun yang lainnya. Dan sebagai umat islam hendaklah kita mencontoh dakwah Beliau dan terus berjuang untuk menegakkan syiar islam.
3. Syafa’at Rasulullah
Secara etimonologi kata syafaat berasal dari kata: syafa’a-yasyfa’u-syafā’atan berarti genap, lawan dari kata witr yang berarti ganjil, menambah, menyertakan, menduduki, menengahi, campurtangan, pembelaan, berarti juga meminta, memohon kepada si fulan, meminta pada orang lain untuk memberikan syafaat dengannya dengan suatu permintaan, meminta pertolongan dengan syafaat, orang yang meminta syafaat disebut syāfī, sedangkan yang menerima syafaat disebut musyāfa’ dengan kasroh mim, orang yang diterima syafa’atnya dinamakann musyāfa’a dengan fathah min, syafa’at juga berarti sebuah do’a. Dalam kitab At-Ta’rifat tercantum:
هي السؤال في التجاوز عن الذنوب من الذي وقع الجناية في حقه.
“Suatu permintaan dari seorang makhluk yang pernah melakukan suatu kejahatan, supaya dibebaskan dari segala dosa yang pernah dilakukannya.”
Selain itu, dalam kitab Lisan Al-‘Arab dijelaskan:
والشَّفاعةُ كلام الشَّفِيعِ لِلْمَلِكِ في حاجة يسأَلُها لغيره.
“Syafaat merupakan permintaan izin kepada sang Raja dari seseorang, untuk memberi pertolongan kepada orang lain.”
Tentunya orang yang meminta izin tersebut adalah orang yang memiliki hubungan dekat, bahkan orang yang sudah dicintai oleh sang Raja.
Secara terminologi syafaat adalah meminta bantuan kepada orang lain. Jika apa yang diharapkan seseorang terdapat pada pihak lain, yang ditakuti atau disegani, maka ia dapat menuju kepadanya dengan mengedepankan dirinya dengan orang lain menghadap yang dituju itu untuk bersama-sama memohon yang ditakuti dan disegani itu. Orang yang dituju itulah yang mengaju permohonan. Dia menjadi penghubung untuk meraih apa yang diharapkan itu.
Syafa’at juga berarti sebagai doa, memohon dihapuskan dosa dan kesalahan seseorang. Syafaat nabi pada hakikatnya adalah doa dan munajat beliau pada Allah Swt, karena kedekatan dan kedudukan beliau yang mulia di sisi Allah. Maka Tuhan akan mengabulkan doa tersebut meliputkan kasih sayang-Nya kepada orang yang telah berbuat dosa, serta mengampuninya. Pada hakikatnya, syafaat terlahir karena kemuliaan dan kelembutan Allah SWT memberikan izin kepada segenap makhluk yang shaleh, dari malaikat, para rasul, dan orang-orang mukmin, untuk memberi pertolongan pada hari kiamat terhadap orang-orang mukmin yang melakukan maksiat.
Jumhur ulama telah bersepakat bahwa Rasulullah SAW adalah sang pemberi syafaat kelak di akhirat, seperti yang dikatakan oleh al Sya’rani dalam kitab Al-Mabhats Al-Sab’in yang menyatakan bahwa Nabi Muhammad SAW adalah orang pertama dan paling utama yang memberikan syafaat pada hari kiamat dan tidak ada seorang pun yang mendahuluinya. Ini juga didasarkan pada sabda Nabi Muhammad SAW yang berbunyi sebagai berikut :
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم:انا اول شافع و اول مشفع
“Aku adalah orag pertama yang memberi syafaat dan orang pertama yang memberi syafaat dan orang pertama diperkenankan memberi syafaat.”
Kemudian al Sya’rani juga mengutip perkataan Jalaluddin al-Syuyuti yang mengatakan bahwa “ pada hari kiamat Nabi SAW.mempunyai delapan jenis syafaat, tiga di antaranya diberikan kepada orang yang berhak masuk neraka agar tidak di Masukkan ke dalamnya.” Kesepakatan ini juga didasarkan pada firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut :
عَسَى أَنْ يَبْعَثَكَ رَبُّكَ مَقَامًا مَحْمُودًا (79)
“Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji.”
Ayat di atas ditafsirkan dengan syafa’at, yakni kalimat maqaman mahmudan ( tempat yang terpuji ) itu ditafsiri dengan pengertian maqam syafaat. Dari situlah, umat islam sepakat bahwa syafaat merupakan salah satu prinsip islam karena telah disebutkan di al-Quran dan dijelaskan dalam sunnah nabawiyah yang salah satunya berbunyi :
قال النبى صلى الله عليه وسلم :ان شفاعتي يوم القيامة لاهل الكبائر من امتي
“Rasulullah bersabda: sesungguhnya syafaatku di hari kiyamat adalah untuk pelaku-pelaku dosa besar di antara umatku.”
Syafaat Nabi Muhammad SAW itu akan diberikan tidak semata mata murni dari diri Nabi SAW sendiri tetapi atas kehendak Allah. Nabi Muhammad SAW hanya sebagai pelaksana dari pemberian syafaat tersebut, oleh karenanya kita sebagai manusia biasa haruslah intropeksi diri dan selalu menjalankan perintah Allah dan menjahui laranganNya jika menginginkan mendapat syafaat kelak nantiya. Dalam kitab Fathul Bari dijelaskan tentang macam-macam syafaat yang akan diberikan Rasulullah SAW kepada umatnya. Dalam kitab tersebut disebutkan enam macam syafaat, yaitu:
1. Memberi keamanan dari marabahaya kehancuran di hari kiamat.
2. Meringankan siksaan orang kafir, seperti syafaat nabi kepada pamannya Abdul Muthalib.
3. Memalingkan orang mukmin dari siksaan api neraka (sebelum masuk).
4. Menyelamatkan orang mukmin dari neraka (sesudah masuk).
5. Memasukkan orang mukmin ke dalam surga dengan tanpa hisab.
6. Mengangkat derajat orang-orang mukmin.
Dengan sekian banyak syafaat yang diberikan rasul pada umatnya, maka orang yang paling beruntung mendapatkan syafaat dari rasul adalah orang yang tidak menyekutukan Allah swt dan beribadah dengan ikhlas. Sebagaimana sabda beliau:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ ، قَالَ : قُلْتُ لِلنَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : مَنْ أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِكَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ ؟ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَقَدْ ظَنَنْتُ يَا أَبَا هُرَيْرَةَ ، أَلاَّ يَسْأَلَنِي عَنْ هَذَا الْحَدِيثِ أَحَدٌ أَوَّلَ مِنْكَ ، لِمَا رَأَيْتُ مِنْ حِرْصِكَ عَلَى الْحَدِيثِ ، أَسْعَدُ النَّاسِ بِشَفَاعَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَنْ قَالَ : لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ خَالِصَةً مِنْ قِبَلِ نَفْسِهِ.

“……sebahagia bahagia manusia yang akan menerima syafaatku di hari kiamat adalah orang yang mengatakan tiada Tuhan selai Allah secara ikhlas dari kalbu atu jiwanya.”

Karena Nabi Muhammad SAW itu memberikan beberapa syafaat yang berbeda beda tingkatannya. Imam Abu Hafsah Umar bin Ali al-Anshari membagi syafaat menjadi beberapa tingkatan :
1. Syafaatul Udhma atau syafaat terbesar. Syafaat ini diperlukan manusia ketika mereka berada di padang mahsyar.
2. Syafaat yang diberikan Nabi Muhammad SAW kepada suatu rombongan jamaah yang memasuki surga tanpa di hisab.
3. Syafaat yang diberikan kepada mereka yang seharusnya masuk neraka.
4. Syafaat yang akan diberikan kepada ahli neraka sehingga mereka dikeluarkan dari neraka.
5. Syafat yang akan diberikan untuk meningkatkan derajat manusia didalam surga.
6. Syafaat yang akan diberikan utuk meringankan siksaan terhadap orang yang di siksa di dalam neraka.
7. Syafaat yang akan diberikan untuk orang yang meninggal di madinah.

Itulah beberapa tingkatan orang yang akan mendapat syafaat dari Nabi Muhammad SAW atas izin Allah, bahkan syafaat tersebut tidak hanya diberikan kepada ahli surga tetapi diberikan kepada ahli neraka juga. Oleh karena itu untuk memperoleh syafaat, hendaknya kita melakukan beberapa hal sebagai berikut:
1. Mengikuti sunnah Rasul dan meneladani perilakunya.
2. Bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW.
3. Menegakkan risalah yang dibawa Nabi Muhammad SAW.
4. Mencintai Nabi Muhammad SAW., sahabat dan keluarga beliau.

KESIMPULAN
Adanya doktrin-doktrin tersebut sebenarnya akan lebih menambah kualitas keimanan seseorang dan pribadi masing-masing. Dengan selalu ridha dan cinta pada Allah serta rasulnya. Dan sebagai muslim sejati hendaklah kita menjalankan perintah Allah dan menjahui segala larangan serta mengikuti jejak langkah Rasulullah Muhammad dengan terus menegakkan syiar islam, menjunjung tinggi kebenaran, berakhlak mulia maupun yang lain.
Bentuk lain kecintaan kita terhadap Rasulullah Muhammad adalah dengan memperbanyak membaca shalawat kepada nabi Muhammad karena banyak manfaat yang akan kita dapat jika kita sering mambaca shalawat tersebut, di antaranya adalah kita akan mendapat syafaat dari beliau kelak di hari kiamat.
Bentuk syafaat nabi Muhammad SAW yang diperuntukkan kepada umatnya adalah sebagai berikut:
1. Memberi keamanan dari marabahaya kehancuran di hari kiamat.
2. Meringankan siksaan orang kafir, seperti syafaat nabi kepada pamannya Abdul Muthalib.
3. Memalingkan orang mukmin dari siksaan api neraka (sebelum masuk).
4. Menyelamatkan orang mukmin dari neraka (sesudah masuk).
5. Memasukkan orang mukmin ke dalam surga dengan tanpa hisab.
6. Mengangkat derajat orang-orang mukmin.

Wallahu a’lamu bi Muradihi

DAFTAR PUSTAKA
Rifa’i, Ahmad. Abyan al-Hawaij. Juz II-IV. Tp. 1261 H.
Al-Gifari,Abu. Remaja dan Cinta. (Bandung: Mujahid Press, 2007).
Muhyidin, Muhammad. Sejuta Keeajaiban Shalawat Nabi. (Yogyakarta: Diva Press, 2012 ).
Unais, Ibrahim. Dkk. Mu’jam al-Muhit. (Beirut: Dar al-Fikr, 1410 H).
Al-Jurjany. At-Ta’rifat. CD Maktabah Syamilah.
Shihab, M. Quraish. Perjalanan Menuju Keabadian: Kematian, Surga dan Ayat- ayat Tahlil. (Jakarta: Lentera Hati, 2001).
Subhani, Ja’far. Tentang Dibenarkannya Syafaat Dalam Islam. (Jakarta: Pustaka Hidayah, 1992).
Hajar, Ibnu. Fathul Bari’. Al-Hirs ‘Ala Al-Hadis. (Beirut: Dar al-Fikr, 1410 H).
Mubin, Nurul. Hmm,,Beginikah Rasanya 7 Malam Saja Di Surga. (Yogyakarta: Gerailmu, 2010).

About julianasari78

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment