NUZUL AL-QURAN

KRONOLOGI TURUNNYA AL-QURAN

oleh kelompok I

Anifah (12531168)

Juliana sari (12531162)

Nor Istiqomah (12531161)

Nusaibah (12533148)

A. Pengertian Nuzulul Quran

kata Nuzul Al-Quran merupakan gabunagn dari dua kata, yang dalam bahasa arab susunan semacam ini desebut dengan istilah tarkib idhofi dan dalam bahasa indonesia biasa diartikan dengan turunnya al-quran.[1]

Nuzul juga secara etimologi dapat berarti singgah atau tiba ditempat tertentu. Makna nuzul dalam pengertian yang disebut terakhir ini dalam kebiasaan orang arab menurut Abdul Azhim Az-Zarqoni sebagai makna hakiki. Sehingga, kata singgah, mampir, atau tiba umpamanya sering diungkapkan oleh orang arab dalam formulasi seperti seorang penguasa singgah atau tiba disuatu tempat.[2]

Dr. Ahmad Ass-Sayyed Al-Kumi dan Dr. Muhammad Ahmad Yusuf Al-Qosim mengemukakan setidak-tidaknya ada lima makna nuzul yaitu ada dua diantaranya yang telah disebutkan diatas sedangkan dua makna lainnya berarti tertib, teratur, dan perkumpulan. Kemudian yang terakhir kata dapat berarti turun secara berangsur-angsur dan terkadang sekaligus.[3]

 

 

Menurut az-zarqoni penakwilan kata nuzul ialah dengan kata i’lam yang didasarkan pada beberapa alasan berikut

  1. Al-Quran ialah kalam Allah karena itu sangat terkait dengan dalalah dan pemahaman, maka penakwilan terhadap kata nuzul dengan arti i’lam berarti kembali kepada suatu yang telah diketahui dan dipahami dari apa yang terkait tadi (dalalah dan pemahaman)
  2. Yang diamksud dengan al-quran berada di lauh al-mahfuzh dan dilangit dunia (bait al-izzah) serta didalam hati Nabi Muhammad juga dalam arti bahwasanya Al-Quran itu telah di i’lamkan oleh Allah kepada makhluknya dibumi sesuai dengan kehendak Allah sebagai petunjuk bagi manusia untuk mencapai kebenaran.
  3. Ditafsirkannya lafal inzal, nuzul dengan lafal i’lam dalam konteks ini hanyalah tertuju kepada Al-Quran dengan segala yang dikandungnya[4]    

Kata Nuzul itu sendiri  berasal dari bahasa arab nazala-yanzilu berarti  turun, baik itu secara langsung maupun secara berangsur-angsur. Namun, kadang- kadang kata nuzul itu juga di artikan bergeraknya sesuatu dari atas kebawah, semacam itulah tidak layak diberikan untuk maksud diturunnya Al-Quran oleh Allah. Sesuatu yang bergerak dari atas ke bawah tepat dan lazim di gunakan pada benda atau materi yang memiliki jenis dan berat, sedangkan Al-Quran bukanlah hal yang semacam itu. Jadi, kata nuzul tidak hanya diartikan secara harfiyah[5]

B. Tahap Penurunan Al-Quran

1. Al-Quran diturunkan secara sekaligus

            Ibnu Abbas dan sejumlah ulama mengatakan bahwa Al-Quran itu turun sekaligus dari lauh al-mahfuzh ke bait al-izzah (langit dunia) tepatnya pada malam lailatul qadr agar malaikat menghormati kebesarannya.[6]

       شهر رمضان الذي انزل فيه القران هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان   

Bulan ramadhan, bualn yang didalamnya diturunkan al-quran sebagi petunjuk bagi manusia, dan memberikan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk tersebut serta sebagi penmbela antara yang hak dan yang bathil. ( Al-Baqarah ;185 )

Menurut pendapat ulama jumhur, bahwa lafazh Al-Quran tertulis di lauh mahfudz Lalu dipindahkan dan diturunkan ke bumi, dengan demikian tidak afa lagi lafadz –lafadz Al-Quran di lauh mahfudz.[7]  Sebagaimana dijelaskan berikut ini :

  1. Ke  Lauh al-Mahfudz

   Dalam al-Qur’an disebut : al-Buruj 21-22

Keberadaannya di lauh al-mahfudz adalah dengan cara dan pada waktu yang hanya diketahui oleh Allah swt dan orang yang diperlihatkan kepada keghaibannya. Wujudnya global, bukan rincian.

  1. Ke Baitul Izzah di langit dunia

   Terdapat tiga ayat yang menunjukkan bahwa Al-Qur’an diturunkan pada satu malam, yag disifat bahwa malam itu diberkati, sebagaiman disebutkan dalam QS. AL-Dhukan ayat 3, lalu disebut dalam QS.Al-qadra:1, serta terjadi dalam bulan Romadlon sebagaimana disebutkan dalam dalam QS. Al-Baqarah:185.

Beberapa riwayat yang menegaskan proses turunnya al-Qur’an di Baitul Izzah dari angit dunia di antaranya adalah:

1)            Imam Hakim yang ditakhrij dari Sa’id Ibn Jubair dari Abbas: ( Al-Qur’an dipisahkan dari al-Dzikr, lalu diletakkan di baitul Izzah dari langit dunia, kemudian jibril membawanya turun kepada nabi saw )

2)             Imam al Nasa’i dari ‘Ikrimah dari Ibn Abbas, katanya: ( Al-Qur’an diturunkan secara keseluruhan sekali kelangit dunia pada malam al-qadr. Kemudian diturunkan kedalam dua puluh tahun ).

  Kemudian beliau membaca firman Allah QS Al-Furqan:33, dan juga dalam QS Al Isara’:106

3)      Imam al-hakim, al-baihaqi dan yang lainnya mentakhrij riwayat melalui mansur dari Sa’id inb Zubair dari ibn abbas, katanya : ( Al-Qur’an diturunkan satu kali secara keseluruhan kelangit dunia, ditempat beredarnya bintang-bintang. Allah juga menurunkannya kepada rasul Nya saw sebagian demi sebagian

Hikmah Nuzul tersebut adalah menunjukkan keagungan persoalan al-quran dan orang yang al-quran itu diturunkan kepadanya, dengan cara memberitahukan kepada bumi langit dan bumi, bahwa ia adalah kitab terakhir yang diturunkan kepada rasul penutup para rasulumat termulia.

Dengan diturunkannya dua kali : sekali secara keseluruhan dan sekali secra bertahap sedikit demi sedikit. Berbeda dengan kitab-kitab terdahulu yang hanya diturunkan secara keseluruhan sekali saja.

  1. Penurunannya melalui malaikat jibril[8]

Penurunanya yang ketiga yang merupakan tahap terakhir dimana dari penurunan yang ketiga ini tersebar sinar didunia dan hidayah Allah sampai kepada makhluk. Penurunan ini melalui malaikat jibril yang membawanya turun kedalam hati Nabi saw. Hal tersebut sebagaimana termaktub dalam QS. Syu’ara 193-195.

Segala bentuk lafal dan redaksi serta runtutan Al-Quran adalah dari Tuhan, bukan dari rasul saw atau jibril seperti yang diasumsikan banyak ahli. Hal itu  sebagaimana  dinyatakan dalam QS.At-Taubah 6 . jadi seluruh makna, urutan dan redaksinya berasal dari Tuhan. Jibril hanya menceritakan kepada rasul dan mewahyukanya kepada beliau. Demikiaan pula rasul hanya membawa, menghafal, kemudian mempraktekan dan menerapkannya. Didalam al-quran sendiri kita dapat membaca, bahwa l-quran redaksinya bukanlah buatan jibril atu muhammad. Mis dalam An-naml :6, al-a’raf: 203, yunus :15, serta Al-Haqqah: 44-47.

Jadi, ayat-ayat di atas menegaskan bahwa al-Qur’an berikut lafaz-lafaznya merupakan redaksi yang sama persis dari Allah SWT. Tidak ada campur tangan sedidkitpun baik dari Jibril, apalagi dari Nabi Muhammad SAW. Sedangkan hadits qudsi dengan seluruh lafaznya juga dari Allah. Hal itu berdasarkan pendapat yang masyhur. Sedangkan hadits nabawi yang diwahyukan adalah maknanya. Sedangkan yang berkenaan dengn redaksinya adalah dari Nabi SAW sendiri. Hanya saja Al-qur’an mempunyai keistimewaan yaitu kemukjizatan, dinilai ibadah dengan membacanya, dan lain-lain. Sedangkan hadits qudsi dan hadits nabawi tidak memilikinya.

2. Al-Quran diturunkan secara bertahap

Quran turun secara berangsur-angsur selama 23 tahun: 13 tahun di makkah dan 10 tahun di madinah. Turunnya  al-quran secara  berangsur  meruapakan perbedaan yang mendasar antara Al-Quran dangan kitab-kitab samawi lainnya.

وقران فرقناه لتقراه على الناس على مكث و نزلناه تنزيلا

Dan Al-Quran itu tlah kami turunkan dengan berangsur- angsur agar kamu membacakannya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi ada tiga pendapat yang berbeda tentang cara turunnya Al-Quran”  ( al-isro: 106)

  • Al-quran diturunkan kelangit dunia pada malam lailatul qadar dalam satu jumlah secara keseluruhan, kemudian diturunkan secara berangsur-angsur dalam qurun waktu 20, 23, atau 25 tahun.
  • Al-quran diturunkan kelangit dunia selama 20  tahun pada malam lailatul qadar, dan ada yang menyebutkan selama 23 tahun pada malam lailatu qadar dan ada yang menyebutkan selama 25 tahun menurut ketetapkan Allah swt. Kemudian diturunkan secara berangsur selama beberapa tahun kepada Rasulullah saw.
  • Al-quran diturunkan dimulai pada lailatul qadr setelah itu al-quran turun secar berangsur2 pada beberapa waktu yan berbeda.

Dan pendapat yang pertama adalah yang paling shahih dan paling masyhur. Seperti yang diriwayatkan oleh Imam Hakim dalam Mustadraknya dari Ibn abbas yang berkata sebagai berikut:

Al-quran diturunkan pada malam lailatul qadar kelangit dunia dalam satu jumlah, kemudian diturunkan secra berangsur-angsur dalam kurun waktu 20 ,23, atau 25 tahun.

 

Masa Penurunan Al-Quran

Nuzulul Qur’an dimulai sejak Nabi Muhammad diutus sebagi Rasul hingga berakhir beberapa saat sebelum kewafatan beliau. Jangka waktu itu diperkirakan 20, 23 hingga 25 tahun sesuai dengan perbedaan masa domisili beliau di Makkah setelah terutus, apakah 10, 13 atau 15 tahun. Adapun masa domisili beliau di Madinah disepkati 10 tahun. Tetapi secara lebih detail bahwa domisili beliau di Makkah selama 12 tahun, 5 bulan, 13 hari dari 17 Romadlon tahun 41 dari kelahiran beliau hingga awal Rabi’ul Awal tahun 54 dari tahun kelahiran beliau. Sedangkan masa domisili beliau di Madinah bermula setelah hijrah selam 9 tahun, 9 bulan dan 9 hari sejak awal Rabi’ul Awal tahun 4 dari tahun kelahiran beliau hingga 9 Dzulhijjah tahun 63 dari kelahiran beliau, bertepatan dengan tahun 10 H. akan tetapi perhitungan tersebut masih belum finah dan masih memerlukan perhitungan ulang yang lebih rasoinable dan argumentatif. Karena perhitungan tersebut mengabaikan perhitungan turunnya wahyu kepada beliau sejak dini, yakni melalui mimpi yang benar dalam 6 bulan yang disebutkan secara tegas di dalam hadits shahih.

Al-Qur’an yang turun kepada Rasul SAW selama kurun waktu 20-25 tahun tersebut diturunkan secara berangsur-angsur. Hal tersebut ditegaskan dalam QS. Al-Isra’:106, diriwayatkan bahwa kaum kafir yahudi dan nasrani amupun kaum musyrik mencela Nabi SAW atas turunnya Al-Qur’an secara berangsur. Mereka mendesak agar Al-Qur’an diturunkan sekali saja. Lalu Allah menurunkan dua ayat tersebut untuk menyanggah mereka. Sanggahan itu menunjukkan dua hal. Pertama, bahwa Al-Qur’an turun secara berangsur-angsur kepada Nabi SAW. Kedua, kitab-kitab samawi sebelumnya turun sekali saja secara keseluruhan.

Alasan pengambilan dua hal itu adalah bahwa A-Qur’an tidak mendustakan dakwaan mereka tentang turunnya kitab-kitab samawi sebelumnya secara keseluruhan sekali turun. Tetapi justru memberikan jawaban kepadamereka dengan menjelaskan hikmah turunnya Al-Qur’an secara berangsur. Seandainya turunnya kitab samawi sebelumnya juga secara berangsur seperti Al-Qur’an, tentu Tuhan akan menyanggah mereka dengan mendustakan dakwaan mereka dan dengan menjelaskan bahwa penurunan secara berangsur-angsur merupakan sunnatullah berkenaan engan apa yang dia turunkan kepada Nabi-Nabi sebelumnya.

  1. C.    Hikmah Penurunan Al-Quran Secara Bertahap

 

  • Menabahkan hati Nabi SAW dan menguatkan hatinya
  • Bertahap dalam mendidik umat yang sedang tumbuh, baik dari segi ilmu mupun praktiknya
  • Memudahkan umat Arab menghapalkan Al-Qur’an, yang seperti diketahui merupakn umat yang ummi, alat-alat tulis belum mudah didapatkan dan alat tulis angka. Seandainya Al-Qur’an diturunkan sekali secara keseluruhan tentu mereka tidak akan mampu menghapalnya, memahami, apalagi mengamalkannya.
  • Mengantarkan umat menuju kesempurnaan dalam usaha melenyapkan aqidah-aqidah sesat dan tradisi-tradisi rendah. Hal itu misalnya dengan melepaskan semua itu sedikit demi sedikit karena Al-Qur’an juga diturunkan sedikit demi sedikit.
  • Menabahkan hati kaum mukmin dan mempersenjatai mereka dengan kesabaran dan keyakinan, lantaran kesempatan demi kesempatan dan waktu demi waktu, Al-Qur’an mengisahkan kepada mereka kisah-kisah para Nabi dan Rasul dan janji Allah SWT kepada hamba-hambaNya yang sholeh berupa kemenangan, pahala, kestabilan dan kekuatan.
  • Menanggapi secara cepat setiap peristiwa dan kejadian. Setiap terjadi peristiwa baru, maka Al-Qur’an turun berkenaan dengannya. Allah SWT akan menjelaskan hukum-hukum yang sesuai. Hal tersebut dapat diuraikan dalam beberapa hikmah, antara lain: Pertama, menjawab pertanyaan para penanya ketika mereka mengajukannya kepada rasul SAW, baik pertanyaan itu dimaksudkan untuk mengukuhkan risalah Nabi SAW atau untuk mencari pengetahuan tentang hukum Tuhan. Kedua, menanggapi berbagai kasus dan peristiwa tepat pada waktunya dengan menjelaskan ketentuan Allah SWT sewaktu terjadi. Ketiga, membelalakkan penglihatan kaum muslimin terhadap pelurusan kesalahan-kesalahan mereka dan pengarahan mereka kepada yang benar dalam waktu bersamaan.
  • Menunjukkan sumber Al-Qur’an bahwa ia merupakan Kalamullah semata. Tidak mungkin ia merupakan Kalam Muhammad SAW atau makhluk lainnya.

 

  1. D.    Kesimpulan

Allah menurunkan Al-Quran kepada rasul kita Muhammad untuk memberi petunjuk kepada manusia. Turunnya Al-quran merupakan peristiwa besar sekaligus menyatakan kedudukannya bagi penghuni langit dan penghuni bumi. Turunnya Al-Quran yang pertama kali pada malam lailatul qadr  merupakan pemberitahuan kepada lam tingkat tinggi yang terdiri dari malaikat-malaikat yang akan kemuliaan mauhammad.

Adapun turunnya al-quran yang kedua kaliya secara bertahap, berbeda dengan kitab-kitab yang turunnya sebelumnya. Rasulullah tidak menerima risalah agung ini sekaligus, dan kaumnya pun tidak puas dengan risalah tersebut karena kesombongan mereka. Oelh karena itu al-quran diturunka secara berangsur-angsuruntuk menguatkan hati rasul dan menghiburnya serta  mengikuti peristiwa dan kejadian-kejadian sampai Allah menyempurnakan agama ini dan mencukupkan nikmat-Nya.

 

 

E. Daftar Pustaka

Az-zarkasyi. Al-Burhan fi ‘ulumil  quran. 2004. Beirut : Maktabah ‘ashriyyah

Chirzin, muhammad. Al-Quran dan Ulumul Quran. 1998. Yogyakarta : Dana bhakti prima yasa.

Manna’, Khalil qottan. Pengantar studi al-quran. 2006. Jakarta : Pustaka al-kautsar.

Munawir, fajrul dkk,. Al-Quran . 2005. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN sunan Kalijaga

Shihab, quraish. Membumikan Al-quran. 1992. Bandung : Mizan

Usman. ulumul quran. 2009. Yogyakarta : TERAS

As-Suyuthi, Jalaluddin. Al-Itqan fi ‘Ulumil Qur’an. 1951. Kairo : Musthafa Al Babi Al Halabi

 

 

 

 

 

 

 

 

 


[1] Usman.ulumul quran ( Yogyakarta: TERAS: 2009), hlm. 37

[2] Muhammad abd azhim az-zarqoni, manahil al-‘irfan fi ‘ulumil quran, halm. 41

[3] Ahmad sayyed al-kumi dan muhammad yusuf al-qosim, ulumul quran, hlm.23

[4] Usman.ulumul quran, hlm. 39-40

[5]Usman.ulumul quran, hlm. 37

[6] Manna kahlilo al-qattan. Studi ilmu-ilmu al-quran, terj. Mudzakir ( yogyakarta : lentera antar nusa  :2012) hlm 144

[7] Muhammad chirzin. Quran dan ulumul quran ( yogyakarta : dana bhakti prima yasa,1998 ), hlm.14.

[8] Zarqani. Hlm 47

About julianasari78

Mahasiswi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
This entry was posted in Uncategorized. Bookmark the permalink.

Leave a comment